Senin, 18 November 2013

Kelas Akselerasi Bukan Untuk Para Juara




Anton selalu juara sewaktu SD. Orang tuanya ingin memasukkan Anton ke kelas Akselerasi  di  SMP. Tapi ternyata dari hasil seleksi masuk, Anton tidak bisa diterima masuk kelas Akselerasi. Orang tua Anton tidak bisa terima hal tersebut. Bagaimana mungkin anak pandai seperti Anton, yang terbukti dengan meraih juara sepanjang di sekolah dasar tidak bisa diterima? Orang tua Anton lebih kecewa lagi ketika mendengar teman Anton yang tidak pernah juara bisa diterima di kelas tersebut.
Akan tetapi ketika orang tua Anton menghadap  panitia penerimaan siswa baru, mereka mendapat jawaban bahwa Anton tetap  tidak bisa diterima di kelas  akselerasi. Alasan panitia : Anton tidak memenuhi persyaratan menjadi siswa di kelas akselerasi . Mengapa ? Sebab  IQ Anton “hanya” 120, sedang di sekolah itu untuk masuk kelas akselerasi IQ harus  di atas 130.
Orang tua Anton mendapat penjelasan bahwa IQ di atas 130 adalah syarat dasar yang tidak bisa diganggugugat. Jadi kelas akselerasi bukan untuk para juara atau siswa yang pandai, tetapi  untuk siswa cerdas yang salah hal utamanya adalah IQ di atas 130.
Orang tua pulang dengan perasaan kecewa dan masih sulit mengerti  alasan tersebut.
Saya rasa perasaan dan pikiran seperti itu tidak hanya dimiliki orang tua Anton. Banyak orang tua yang salah mengerti tentang kelas akeselerasi. Banyak yang berpikir kelas akselerasi diperuntukan bagi siswa yang pandai, yang ditunjukkan dengan prestasi di sekolah.
Apa Kelas akselerasi  ?
Kelas akselerasi adalah kelas khusus  dimana  program belajar mengajarnya dibuat sedemikian rupa  sehingga bisa membuat anak-anak berbakat bisa mencapai  prestasi maksimal sesuai dengan potensinya. Program belajar mengajar nya berlansung lebih pendek dari kelas umum.  Biasanya dipersingkat 1 tahun. Jadi beban pelajaran yang pada umumnya diselesaikan selama 3 tahun di kelas ini diselesaikan selama 2 tahun.
Anak berbakat yang dimaksud disini adalah anak-anak dengan intelegensia tinggi, tetapi juga  disertai dengan kreativitas dan motivasi yang tinggi.
Peserta kelas akselerasi
Peserta kelas akselerasi adalah anak berbakat yang ditunjukkan dengan ciri intelegensia, kreativitas,dan motivasi yang tinggi . ( Mengikuti teori yang dinyatakan oleh Renzulli ).
Pada umumnya intelegensia diukur berdasar pengukuran baku, yaitu tes IQ. Ada yang menganggap IQ  di atas 125 sudah bisa masuk kelas untuk anak berbakat. (Eko Supriyanto, Suwarno, Risminawati  , 2005:76 ) , ada juga yang menyatakan bahwa keterbakatan anak ditunjukkan dengan IQ 140 mengikuti skala Simon - Binnet ( Reni Akbar Hawadi, R Sihadi Darmo wiharjo, dan Mardi Wiharjo , 2001:4 ).
Namun sekolah-sekolah ada yang memutuskan IQ 130 sebagai syarat dasar, disertai dengan berbagai prestasi, sementara kalau di atas 140 dipastikan langsung diterima.
Jadi peserta kelas ini bukanlah semata-mata para juara, tetapi dasarnya adalah intelgensia yang tinggi. Anak yang pandai bisa memiliki IQ cukup tinggi, misal 120, tetapi memiliki daya juang belajar tinggi . Anak-anak seperti ini memang sebaiknya tidak masuk kelas akselerasi, sebab justru akan membuat  dirinya tidak mencapai hasil maksimal.
Anak-anak dengan IQ  di atas 130 pun perlu dilihat juga bukti dari motivasi dan kreativitasnya. Biasanya prestasi di sekolah atau prestasi kejuaran lainnya.  Anak dengan IQ di atas 130 tetapi tidak menunjukkan prestasi belum tentu bisa masuk juga dalam kelas ini. Sebab jika motivasinya tidak tinggi, dia tidak bisa mengikuti kelas akselerasi. Anak yang demikian termasuk anak underachiever, perlu mendapat pertolongan dulu supaya bisa mengikuti kelas akselerasi.
Program Pendidikan di kelas Akeselarasi
Kelas akeselerasi memiliki program pendidkan khusus atau kurikulum khusus yang intinya disesuaikan  dengan kebutuhan anak berbakat.  Commy Semiawan mengutip pendapat yang diajukan Kiato ( 1997 : 113 )  tentang pendidikan  untuk anak berbakat sebagai berikut :
1. Individu berbakat memerlukan konsiderasi khusus dalam pendidikannya, karena mereka secara  kualitatas berbeda dari individu lainnya.
2. Program penddikan berbakat harus berbeda dari program pendidikan untuk anak lainnya, dengan penekanan luar biasa pada perkembangan kreatfi dan proses berpikir tinggi.
3. Hafalan dalam pembelajaran bagi anak berbakat harus sejauh mungkin dicegah dengan nmemberikan teknik yang berorientasi pada penemuan  dan pendekatan induktif.
Jadi kurikulum dalam kelas akselerasi ini sangat khusus disesuaikan dengan anak dengan kecerdesan tinggi. Kemandirian , kecepatan, dan kompleksitas sangat dibutuhkan.
Untuk itu tentu juga diperlukan guru-guru khusus. Guru tersebut tidak harus memilliki IQ setinggi muridnya, akan tetapi dia harus menguasai ilmu pendidikan  yang dalam dan luas, berpengalam, serta diikuti dengan kepribadian yang matang.
Karena itu orang tua yang hendak memasukkan anak ke kelas akselerasi perlu melihat kurikulum dan guru-guru yang mengajar di kelas tersebut. Apabila ada kelas akselerasi tetapi kurikulumnya asal dipadatkan dan metode pembelajarannya tidak memperhatikan cara belajar anak maka orang tua tidak perlu memasukan anak ke kelas akselerasi.  Kelas seperti itu mungkin tetap bisa meluluskan murid-muridnya lebih cepat dari kelas reguler, akan tetapi kepribadan siswa nya tidak mengalami perkembangan dengan baik.
Demikian juga kalau guru-guru sebagai pelaksana kurikulum tidak “mahir” menjadi pencetak anak-anak unggul, maka anak-anak tidak akan mendapat pembinaan secara utuh. Dan ini tidak baik bagi perkembangan jiwa secara utuh.
Mengapa perlu Kelas akselerasi
Kelas akselerasi diperlukan supaya anak berbakat bisa mengembangkan potensinya secara optimal.
Dengan perkembangan potensi secara optimal, maka  anak-anak bisa disiapkan sebagai bibit-bibit unggul bagi bangsa dan negara. Mereka akan memberi kontribusi besar bagi kemajuan bangs dan negara.
Akan tetapiAnak berbakat yang tidak mendapat pendidikan sesuai dengan kecerdesannya akan menghadapi berbagai persoalan :
Underachiever
Anak berbakat tidak mencapai potensinya maksimal. Anak-anak ini memiliki hasil belajar buruk ,bahkan bisa di bawah anak-anak yang kecerdesannya biasa.  Anak-anak ini karena tidak mendapatkan cara pebdudiakn yang sesuai dengan kemampuannya, akan merasa jemu, ttidak tertarik, dan akhirnya malas belajar.
Akibatnya negara akan kehilangan anak-anak dengan kemampuan luarbiasa.
Penggangu
Anak yang berbakat yang tidak mendapat pendidikan yang sesuai akan mengalihkan kemampuannya dengan melakukan kegiatan-kegiatan mengasyikan lainnya, yaitu mengganggu teman-temannya. Karena kemampuannya membutuhkan saluran dan di kelas tdak ada, maka dia mulai mencari-cari penyaluran.
Karena itu anak-anak seperti ini dicap sebaga anak nakal. Celaka sekali mereka yang harusnya menjadi penemu-penemu hebat, malah dianggap pengganggu.
Penyimpangan
Lebih parah lagi anak-anak seperti ini bisa mengalami gangguan kejiwaan. Kita pernah melihat ilm tentang psikopat. Orang-orang yang kejam tapi dingin, dan biasanya melakukan kejahatannya dengan cara rapi tetapi mengerikan.
Commy Semiawan menuliskan ( 1997:11 ) , “Fakta menunjukkan beberapa di antara mereka telah menjadi anak nakal, mencari pelarian ke obat terlarang, dan perilaku deviaant yang lain “
Bukan Kelas “bergengsi ”
Kelas akeselerasi bukanlah kelas “bergengsi”. Kelas akselerasi hanyalah kelas khusus yang diperuntukkan untuk anak “gifted”.  Berbakat diterjemahkan dari “gifted”, ini menyataan bahwa kecerdesan itu adalah anugerah. Jadi ini istimewa karena ada “gift” dari yang  mahakuasa. Karena itu masyarakat juga tidak perlu menganggap kelas ini sebagai kelas “bergengsi”.
Yang Harus Diwaspadai
Peserta kelas akselerasi akan lebih cepat waktu belajarnya. Jika anak ikut di SMP dan SMA maka dia akan berkurang 2 tahun waktu pendidikannya. Dengan demikian sewaktu kuliah dia masih berusia 15 taua 16 tahun. Pada waktu ini perkembangan jiwanya masuk dalam masa remaja, masa ABG.
Dengan jiwa ABG nya anak-anak masih labil dalam hal-hal lain. Padahal ketika dia masuk perguruan tinggi, da diharapkan sudah menjadi dewasa secara utuh. Dia akan bergaul dengan orang-orang yagn secara jiwa sudah lebih matang.  Karena itu kalau tidak diwaspadai anak-anak bisa mengalami gangguan kepribadian. Orang tua perlu memperhatikan hal ini.
Selain itu perhatikan juga dengan kesombongan. Sekalpu n secara mendasar kelas akeselerasi adalah kelas khusus, namun cara pandagn masyarakat yang salah, membuat anak-anak merasa sangat istimewa. Ini bisa menumbuhkan kesombongan , dan tentu ini berbahaya bagi perkembangan jiwa si anak.
Kiranya orang tua Anton dan orang-orang tua lain yang memiliki anak juara dan tidak bisa ikut dalam kelas akselerasi tidak menjadi kecewa dan terus mendorong anak-anaknya menjadi anak hebat